Langsung ke konten utama

Sebuah Koneksi Antar Materi : KEPUTUSAN YANG MENYENTUH MASA DEPAN


Panjangnya perjalanan pendidikan guru penggerak bukanlah hal yang mudah untuk dilalui. Melihat banyaknya orang yang memandang sebelah mata program guru penggerak ini dan menyangsikan lulusannya terkadang membuat hati miris. Pendidikan guru pengerak memberikan banyak pembelajaran yang tidak didapat di tempat lain bahkan di bangku kuliah sekalipun. Komposisi materi yang luar bisa membuka dan merubah paradigma tentang seorang pendidik yang diharapkan menjadi seorang pemimpin pembelajar yang mampu mempersiapkan generasi yang kuat dan tangguh di masa yang akna datang. Waktu yang dibutuhkan untuk pendidikan ini akan terasa kurang jika calon guru penggerak menyadari betul bahwa selama ini, kita yang merasa sudah menjadi guru yang baik ternyata masih jauh dari kata baik.  

Di modul ini saya pribadi belajar untuk lebih bijak dalam memandang sebuah masalah. Mengaitkan dengan materi – materi sebelumnya memunculkan pemahaman baru yang luar biasa. Bahwa guru, tidak hanya sekedar menyampaikan pengetahuan, tapi harus mampu mengajarkan muridnya CARA MENGGALI kemampuannya sendiri. Hal yang tidak banyak disadari oleh sebagian besar pendidik. Bahwa perannya sedemikian besar bagi perkembangan psikis serta masa depan setiap anak yang dibimbingnya.

Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara, telah memberikan prinsip mendidik yang luar biasa. Dalam Pratap Triloka ( Ing Ngarso sung Tulodho, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani), yang artinya adalah "di depan memberi teladan", "di tengah membangun motivasi", dan "di belakang memberikan dukungan" membuat salah satu bagian dari semboyan beliau yaitu Tut wuri handayani, dijadikan sebagai slogan Kemendikbudristek hingga saat ini. Melirik slogan Kementrian Pendidikan yang memilih kata – kata Tut Wuri Handayani, kita dapat melihat bahwa besar harapan, pendidikan di Indonesia adalah pendidikan yang mampu mendukung setiap potensi murid untuk dapat berkembang dan mendorong murid meraih masa depan yang sudah digariskan dengan kemampuan terbaiknya. Seorang guru harus mampu menentukan langkah, mengambil keputusan penting, yang berpihak pada murid dan menuntun setiap murid untuk menggali setiap potensinya sendiri. Keputusan yang tidak melukai, keputusan yang dapat membuat mereka belajar untuk memahami, berpikir, dan memutuskan sendiri langkah terbaik apa yang akan diambil.Membekali murid dengan kemampuan bertahan, bukan hanya mengandalkan orang lain.

Seorang guru tentu juga harus memiliki nilai – nilai kebajikan dan sikap serta norma yang baik. Bagai sebuah tuntutan, sikap yang dimiliki seorang guru tentu akan dilihat, diingat, bahkan ditiru oleh murid – muridnya. Seperti semboyan pertama Ki Hajar Dewantara, “ing ngarso sung tulodho” atau “ di depan memberi contoh”, seorang pendidik menjadi role model bagi muridnya. Oleh karenanya, dalam mengambil keputusan, kita perlu menggunakan nilai – nilai dalam diri kita dan mencoba bersikap empati dengan mengedepankan kebutuhan dan berpihak pada murid.

Secara tidak langsung, setiap guru pasti pernah membuat keputusan – keputusan yang berat dengan pemikiran yang panjang. Melalui diskusi dengan rekan sejawat, konsultasi dengan kepala sekolah, maupun harus bernegosiasi dengan diri sendiri. Intinya, beberapa pilihan yang muncul harus digali dan dipikirkan masak – masak. Oleh karena itu, bahkan dengan diri sendiri pun, seorang guru harus melaksanakan proses diskusi. Dalam kegiatan Pendidikan Guru Penggerak modul 2 tentang proses coaching, calon guru penggerak diajarkan untuk menjadi seorang coach. Seorang coach harus mampu membuat seorang coachee menyelesaikan masalah dengan cara dan kemampuannya sendiri, seorang coach harus mampu membuat seorang coachee menyadari kemampuannya. Dalam proses pengambilan keputusan, menjadi coach sekaligus coachee bagi diri sendiri juga penting dilakukan. Seorang pemimpin harus mampu bermonolog dan melakukan refleksi dengan dirinya sendiri. Hal ini yang tanpa kita sadari selalu kita lakukan. Dan dalam modul ini diperjelas serta dikuatkan.

Kemampuan guru dalam mengelola aspek sosial emosional akan sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan. Guru harus mengenal dirinya sendiri, mengendalikan perasaan dan pikirannya, tidak memandang masalah dalam satu sisi dan tidak mengambil keputusan dalam keadaan emosi yang kurang baik. Kemampuan ini mungkin masih kurang dimiliki bagi sebagian besar guru yang terkadang masih belum mampu menguasai diri di situasi tertentu. Namun, mempelajari modul 2 tentang pembelajaran sosial emosional ternyata sangat berkaitan dengan bagaimana kita mengambil keputusan yang berpihak pada murid.

Modul 3.1. Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran mengajarkan kita untuk berpikir kritis, tenang, dan bijak dalam membuat sebuah keputusan. Tentu saja, kemampuan seorang pemimpin dalam membuat kebijakan tidak dapat langsung sempurna begitu saja. Diperlukan banyak latihan dan studi kasus dan tidak ada salahnya juga ketika sebuah keputusan ternyata kurang tepat dilaksanakan. Pada intinya, prinsip dan paradigma harus dipilih dengan berbagai pertimbangan. Setelah itu, melakukan 9 langkah uji keputusan juga akan meminimalisir tindakan mengambil keputusan yang salah.

Dampak dari tepat atau tidaknya sebuah keputusan akan berpengaruh pada kondisifitas sebuah organisasi. Seorang pemimpin harus mampu menjaga organisasinya tetap dalam situasi yang positif, kondusif, aman, dan nyaman. Untuk itulah, perlu diadakan refleksi dan diskusi secara berkala dengan anggota lainnya untuk melihat perkembangan organisasi dan menjadi bahan pertimbangan dalam berbagai keputusan ke depan.

Hal yang terkadang cukup sulit dihadapi adalah paradigma yang berbeda di setiap kepala. Bagi yang mampu beradaptasi dengan perubahan, paradigma tidak akan sulit untuk didiskusikan demi mencapai tujuan bersama. Namun, bagi yang tidak mampu menerima perubahan, maka akan sulit untuk menyamakan persepsi dan berkembang bersama. Maka keputusan seorang pemimpin tentu harus mampu memberikan ruang bagi kelompok – kelompok yang tidak bisa menerima setiap keputusan bersama.

Setiap guru adalah seorang pemimpin. Pemimpin pembelajaran di kelas – kelas yang diampunya. Kemampuan untuk menjadi seorang pemimpin yang mampu memotivasi, memberi teladan, menyuntikkan semangat, mendorong perkembangan murid sesuai kebutuhannya adalah hal sulit tapi wajib diusahakan oleh setiap guru yang ingin memerdekakan muridnya.

Keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin pembelajaran di kelas akana sangat berpengaruh pada perkembangan mental setiap muridnya. Tentu, terutama guru sekolah dasar, ingatan akan respon guru terhadap tingkah laku mereka akan membekas hingga mereka dewasa. Maka respon yang tepat akan membentuk murid menjadi orang – orang yang tepat dan bertanggung jawab di masa depannya.

Kita telah memilih menjadi seorang guru. Seorang guru bukan berhenti hanya sebagai sebuah pekerjaan yang dibayar kemudian pulang. Seorang guru membentuk karakter. Seorang guru menyentuh masa depan. Seorang guru memiliki beban dan berat. Jika keputusan kita tetap, menjadi seorang guru adalah sebuah anugerah. Mempersiapkan murid – murid kita adalah mempersiapkan masa depan seperti apa yang ingin kita lihat. Maka keputusan apapun yang kita ambil untuk anak – anak itu, haruslah menjadi sebuah keputusan yang tidak melukai mereka, yang tidak menciptakan trauma, yang bermanfaat bagi hidup dan kehidupan mereka, dan sebisa mungkin keputusan yang kita ambil dapat mereka jadikan contoh dan pegangan ketika suatu saat nanti, mereka dihadapkan pada pilihan yang sama. Respon kita terhadap situasi akan mempengaruhi respon murid terhadap masa depannya. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEBUAH REFLEKSI (2021 BERAKHIR, 2022 SUDAH BERJALAN)

Semakin memahami bahwa, waktu berjalan terus, sadar atau tidak kita sadari. Semakin kita menunda langkah, semakin lama impian kita teraih. Target - target pencapaian apakah sudah terlaksana? Atau malah hanya berujung di tong sampah sebagai kertas usang yang terlupakan. 2021,  Pandemi masing menghantui. Mengawali tahun dengan semangat baru, karena satu mimpi akhirnya tercapai di tahun ini, lulus PPG daljab bersamaan dengan suami. Artinya, tunai sudah kewajiban menimba ilmu keprofesian, dan muncullah tanggung jawab baru untuk memajukan dunia pendidikan.  Ya, aku anggap ini sebagai tanggung jawab baru. Setelah hampir 5 bulan belajar lagi tentang profesi yang telah aku geluti sejak 2012 silam, ternyata masih banyak hal yang belum aku terapkan, banyak perkembangan ilmu yang aku dapatkan, dan wajib aku amalkan untuk mengantar "mereka" ke masa depan yang lebih baik. Tidak mudah menjalankan tupoksi disela banyaknya kegiatan lain yang bermunculan. Diantara masalah yang muncul, menyera...
Persahabatan itu seperti ini... 7 years.. dalam suka dan duka.. >.< NONATAYA foreva..;D

Teacher???

kali ini.. saya akan berbahasa Indonesia dulu ya teman.. karena.. posting kali ini sedikit "berat"... hohoho.... Pals!! pernah kah kita berpikir bahwa...Guru adalah awal pembentuk stereotype dalam benak siswa? Try to remember Pals!! let's do little bit flashback about almost 15 years ago maybe.. waktu jaman2 kita masih ungusan..#SD (red)... In our first grade.. guru meminta kita menggambar PEMANDANGAN...dan beliau memberi contoh.. beliau menggambar 2 buat segitiga yang digandeng (a.k.a gunung)..dua garis berkelok - kelok (a.k.a. jalan)..sebuah segitiga di atas persegi ( a.k.a. rumah )..dan banyak tanda centang (v) yang disebut sawah... right??? so,.what happen? selama bertahun - tahun berikutnya jika kita diminta menggambar dengan tema "pemandangan"..yang terlintas di benak kita adalah..gunung, sawah, rumah, dan jalan berkelok..... karena itulah stereotype tentang "pemandangan" yang ditanamkan guru kita.. apakah pemandangan hanya sebat...